Kisah Pilu Gadis Remaja Setelah Hidup Berumah Tangga
Bismillahirohmanirohim Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh kisah ini saya tulis dari kisah seorang, wanita yang mempunyai sebuah cerita kehidupan yang sangat tersentuh oleh keadaan sehingga membuat dia menjadi wanita yang kuat dan karena terpaan situasi dalam hipupnya tersebut
Inilah kisahnya:
Aku adalah seorang gadis remaja yang dulu sekitar 15 tahun yang lalu kuliah di kota dingin Malang Jawa Timur, aku dibesarkan oleh seorang ayah yang sangat baik dan bertanggung jawab, Ibuku seorang wanita sederhana dengan 3 orang gadis yang sangat disayanginya aku adalah anak ketiga dari tiga orang bersaudara dan aku adalah anak bungsu.
Padahal suatu ketika, aku pulang kuliah menuju tempat kost yang menjadi tempat tinggalku untuk sementara ketika aku kuliah, tanpa sengaja aku berkenalan dengan seorang pria yang usianya 2 tahun di atasku dan kami berkenalan dan ngobrol kesana kemari layaknya pasangan remaja yang lainnya, sama-sama ingin berbagi cerita dalam suka dan dalam canda. Memang aku akui saat itu dia adalah pria pertama yang menggugah rasa hatiku untuk menjatuhkan pilihan hatiku kepadanya, dia tampan, manis dan sangat perhatian kepadaku.
Singkat cerita kamu melangsungkan pernikahan tidak berapa lama sejak kami berkenalan. Ayah kami sangat menyayangi semua anak-anak gadisnya, kakak tertuaku sudah menikah terlebih dahulu kira-kira 3 tahun yang lalu sebelum aku berkenalan dengan Arul. Sedangkan kakak perempuan yang nomor dua juga sudah menikah dengan seorang pengusaha kecil-kecilan dan bisa terbilang sukses. Dan pernikahan kami ini merupakan pernikahan yang dilandasi rasa cinta, walau tanpa bergelimang harta.
Kala itu aku sangat bahagia ketika bersanding dengan Arul suamiku dan ternyata, sifat asli Arul sudah mulai nampak berbeda di awal tahun pertama kami menikah, dia sudah mulai terlihat kasar, lebih sering memaki-maki, marah-marah, membentak dengan kata-kata yang tidak sepantasnya diucapkan. Mungkin dia capek kerja seharian menjadi seorang sales yang berangkat pagi pulang hampir tengah malam, setiap hari rutinitas kami seperti itu, aku dengan kegiatanku di rumah dengan mengasuh anak dan membereskan rumah.
Tahun berikutnya lahir buah hati kami yang kedua dan 3 tahun kemudian kami dari seorang bayi kecil dan lengkap sudah anakku semuanya tiga, tiga-tiganya cowok. Anak pertamaku sekarang sudah duduk di kelas 3 SMP di salah satu kota di mana kamu tinggal saat ini. Kami dulu ditawari mertua untuk tinggal di sana bersama kakak dan adik ipar yang juga berkumpul di sana, tapi aku menolaknya dengan alasan kami ingin mandiri.
Namun hari demi hari kami pun semakin banyak kebutuhan mengingat anak kami yang sudah beranjak dewasa, sedangkan suamiku hanyalah seorang sales yang berpenghasilan pas-pasan dan makan kurang, dan bahkan sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan kami dengan tiga orang anak, hingga akhirnya pada suatu ketika kami bertengkar hebat karena aku telah menjual barang berharga hasil tabungan kami selama ini tanpa sepengetahuan suamiku, aku menjual barang tersebut untuk menutup hutang-hutangku ke teman-teman dan keluargaku.
Sakit rasanya ketika aku harus pergi ke pegadaian untuk menggadaikan emas hasil tabungan suamiku selama dia bekerja, aku ketahuan juga kalau emas tersebut telah aku gadaikan tanpa sepengetahuan suamiku, aku memang salah, aku memang tidak berkata jujur kepada suamiku namun, itu semata-mata karena himpitan ekonomi dan kekurangan kami dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga aku harus berputar sana sini untuk bisa bertahan hidup.
Sejak itulah aku benar-benar menyadari watak suamiku yang sebenarnya, dia marah, memaki-maki diriku dengan ucapan kasar tanpa makna dan bahkan tak segan-segan mengusir aku dan ketiga anakku untuk keluar dari tempat kontrakan kami dan di tengah kegalutan tersebut, aku tak tahu lagi harus pergi ke mana, satu-satunya tempat yang memungkinkan untuk singgah adalah ke rumah orang tuaku, tapi apa aku pantas pulang ke rumah orang tua dengan sugudang penyesalan dengan membawa 3 anak-anakku yang sudah mulai mengenal dunia luar yang begitu pahit.
Aku benar-benar diusir dari rumah kontrakan itu hanya karena aku telah menggadaikan emas hasil tabungan suamiku selama dia bekerja. Tapi apa dia sadar bahwa aku melakukan itu semua hanya karena untuk mencukupi kebutuhanku yang kurang dan menutup hutang-hutang ku selama ini. Suamiku mencurigaiku telah berfoya-foya dengan orang lain, berfoya-foya untuk hal yang gak masuk di akalku. Sudahlah aku sudah terlanjur diusir sama dia, mungkin ini adalah jalan hidupku aku harus kembali ke rumah orang tuaku dengan membawa tiga orang anak yang masih kecil-kecil.
Aku nggak punya pegangan apa-apa, "Tuhan aku pasrahkan semua jalan cerita hidupku ini terusnya, dan semuanya kepadamu, beri aku kekuatan, beri aku jalan keluar. Aku yakin engkau maha pengasih dan engkau maha menabur rezeki amin.
Gabung dalam percakapan